Ketika paus memangsa paus lain
Published: 10/4/2025
Ada perbedaan antar bandarmology sekarang dengan bandarmology 6 tahun lalu pre covid.
Bandarmology lama itu mengincar uang retail.
Mereka memainkan market agar bisa jualan ke retail di harga atas dengan janji janji semu saham narasi prospek cerah, tapi realisasi kinerja tak seindah kenyataan.
Bandar pasca covid beda. Mereka mengincar fund manager, dan index buyer.
Mereka menggoreng saham narasi dengan gila, jual janji janji semu. Harapannya bisa jualan ke fund manajer, ETF dan index buyer.
Karena mereka banyak duit dan nggak ada tempat berlabuh duit itu. Dan jumlahnya jauh lebih gila besarnya dibandingkan retail
Makanya retail Investor penganut bandarmology rise and shine portonya, karena Bandar sedang nggak mau makan duit mereka. Bandar nyari makan duit index investor.
Akhirnya retail bisa ikut nebeng kenikan harga saham-saham konglo ini.
Kenapa bisa works?
Pengelola Reksadana dan pengelola dana investasi memiliki standar, mereka membeli banyak sekali saham dengan kriteria tertentu. Dan benchmarknya adalah IHSG atau S&P500.
Kalau performa mereka kalah dari IHSG. Mereka kehilangan client
Tebak siapa yang mengontrol kenaikan IHSG skrg yang tanpa mereka IHSG udah hancur mengikuti hancurnya ekonomi real? Saham konglo
Akhirnya fund manager Reksadana dan index investing nggak ada pilihan lain selain beli saham saham kopong nya konglo kalau nggak mau ketinggalan IHSG dan diketawain oleh kompetitor mereka pengelola dana lain
Di sini lah owner konglo jualan, right issue. Yang beli pengelola dana indexing yang mau nggak mau harus beli. IPO lah CDIA, EMAS, right issue PANI buat beli CBDK. Itu semua adalah konglo sedang taking profit. Mereka TP
Yang cuci piring adalah reksadana, uang pensiun masyarakat, dana haji, dana asuransi dll.
Ketika terjadi crash nanti, uang akan berpindah dari dana pensiun, asuransi dana haji dll tadi ke kantong-kantong pribadi owner konglo